Friday, May 10, 2013

JAKET GIGI, SOLUSI GIGI PATAH DAN COPOT

Pernah melihat teman atau anggota keluarga Anda tidur dengan gigi gemeretuk? Kebiasaan ini, selain kebiasaan menggigit pensil, kuku, dan beberapa kebiasaan lain sebaiknya dibuang jauh-jauh. Pasalnya, kebiasaan-kebiasaan itu akan membuat gigi mengalami gesekan cukup sering, sehingga berakibat gigi aus. Padahal, gigi yang aus akan mudah patah. 

Kalau sudah begitu, bisa jadi Anda patah arang dan tak mau lagi memamerkan gigi Anda. Gigi yang patah, selain tak sedap dipandang, juga bisa membuat kuman makin mudah menerjang dan bersarang di dalamnya. Akibatnya, sejumlah masalah gigi lain pun akan bermunculan.

Selain patah, kekuatan gigi juga akan semakin berkurang dan mudah copot alias ompong. Kalau yang copot adalah gigi di bagian belakang, mungkin masih bisa disembunyikan dan tak mempengaruhi penampilan, meski dari segi fungsi tetap jadi terganggu. Yang sulit adalah jika posisi gigi yang ompong ada di bagian depan. Selain mengganggu fungsi gigi dalam kegiatan bersantap, ini juga akan mengurangi estetika gigi. 

Oleh karena kebiasaan tidur dengan gigi gemeretuk bisa menimbulkan masalah pada gigi, kebiasaan ini harus dikonsultasikan pada dokter gigi. “Dokter akan memberi pasien sebuah alat bernama night guard yang harus dipakai saat menjelang tidur hingga ia terbangun,” kata Drg. Lita Darmawan dari Klinik Kharinta, Jakarta. Jika ia memang memiliki kebiasaan itu, night guard-nya akan tampak terkikis dan pasien diharuskan mulai berdisiplin untuk mengontrol kebiasaan menggesekkan gigi saat tidur. 

Jika keausan gigi belum parah betul, biasanya dokter akan memberi solusi dengan cara menambal gigi yang rusak. Tetapi jika kerusakannya cukup parah, misalnya gigi menjadi rata dengan gusi dan hanya menyisakan akar gigi atau gigi copot, maka untuk mengembalikan fungsi kerja dan estetik gigi tersebut harus dilakukan pemasangan jaket atau selongsong gigi. 


KERAMIK ATAU METAL?
Seperti sudah disebut di atas, penjaketan hanya dilakukan pada kasus-kasus kerusakan gigi yang cukup parah dan sulit untuk dilakukan penambalan. Penjaketan paling banyak dilakukan pada gigi-gigi yang sudah rapuh. Misalnya, gigi yang sudah mengalami kerusakan dan pengangkatan saraf. Gigi seperti ini biasanya sudah mati. Kalau pun masih berbentuk, tidak ada kehidupan di sana. Gigi tersebut hanya dipertahankan mahkota giginya saja. Mahkota gigi ini biasanya rapuh dan tidak bisa mengalami proses penambalan. Jika penambalan dilakukan, maka tambalan akan lekas lepas dan gigi akan patah. Seringkali, orang tidak mau melakukan pencabutan karena takut ompong. Nah, dengan penjaketan, masalah ini bisa diatasi dan pasien tak perlu menahan sakit terus-menerus lantaran tak mau ompong. 

Gigi yang jaringannya tinggal sedikit pun, misalnya hanya menyisakan akar yang panjang, biasanya diberi perawatan gigi dengan penjaketan. Biasanya pada gigi yang sudah mati dan jaringannya tinggal sedikit, pasien tidak mengalami banyak keluhan. Ia hanya merasa tak nyaman terhadap runcingan yang biasanya tertinggal dari sisa-sisa gigi. 

Gigi yang perlu diberi jaket (crown) akan dijaketi dengan gigi-gigi buatan yang bahannya bisa dipilih. Crown ada yang seluruhnya terbuat dari keramik, ada juga yang dilapisi metal (emas, perak, atau campuran keduanya). Yang paling mahal adalah crown emas, karena pelapisan emas dihitung tiap per gram. Selain itu, emas adalah logam murni yang memiliki daya adaptasi paling baik dengan gusi. Crown emas juga sangat kuat. Karena itu, ia biasanya digunakan pada gigi-gigi belakang yang sangat aktif dalam melakukan kegiatan kunyah dengan penekanan yang kuat. Dengan begitu, gigi buatan tidak mudah pecah. Sayang, crown emas menimbulkan warna yang kurang alami lantaran berkesan kekuning-kuningan.

Begitu pun dengan crown metal dari perak. Bahan ini juga termasuk kuat dan cocok dipasang untuk mengganti gigi belakang yang copot. Namun, dibanding emas, perak tentu saja lebih murah harganya. Sayangnya, perak juga memiliki warna rada keabu-abuan, tidak senatural keramik.
Crown keramik sangat alami. Warnanya bisa persis sama dengan gigi asli manusia. Sayangnya, gigi ini tidak terlalu kuat. Ia mudah sekali pecah kalau digunakan untuk melakukan kegiatan makan dengan penekanan yang kuat. Makanya ia cocok untuk dipasang di gigi bagian depan. Sebagai catatan, crown metal bukanlah gigi emas atau perak seperti yang sering dipakai orang-orang zaman dahulu, tetapi gigi porselen yang dilapisi emas atau perak pada bagian dalamnya sehingga menjadi lebih kuat. 
 
PAKAI GIGI SEMENTARA
Seperti pada proses perawatan gigi bermasalah lainnya, pasien membutuhkan sedikitnya dua kali kunjungan pada dokter gigi sampai giginya kembali sempurna. Pada tahap pertama, kondisi gigi akan diperiksa, pasien akan difoto sebelum melakukan perawatan, kemudian dilakukan pemotretan X-ray untuk melihat, apakah ia perlu perawatan syaraf atau tidak. Untuk pembuatan jaket, dokter melakukan pencetakan gigi. Setelah itu, cetakan dibawa ke laboratorium. 

Untuk waktu seminggu atau 10 hari, pasien menggunakan gigi sementara. Selama menggunakan gigi sementara, pasien melakukan konsultasi dengan pasiennya, apakah ia sudah puas dengan gigi sementaranya? Jika pasien masih merasa giginya terlalu pendek atau terasa tak enak, ia harus membicarakannya dengan dokter agar ia merasa puas. Gigi sementara yang sudah sesuai digunakan pasien akan dibawa ke laboratorium untuk dibuatkan dari bahan keramik atau metal. Kemudian baru dipasangkan. 

Gigi sementara sangat penting selalu digunakan selama belum ada gigi keramik atau berlapis metal yang akan dipasang untuk mengurangi rasa ngilu. Gigi yang dicabut dan dibiarkan terbuka akan mengakibatkan timbulnya rasa linu setelah efek suntikan hilang. Dan ini bisa berlangsung seminggu atau 10 hari. 

Gigi sementara biasanya terbuat dari akrilik. Kehadiran gigi sementara juga bisa dianggap sebagai latihan untuk beradaptasi dengan gigi baru. Ia juga sangat penting untuk mempertahankan ukuran ruang gigi yang akan dipasang. Biasanya, jika tidak dipasangi gigi sementara, ruang ompong gigi akan menyempit karena ada pergeseran dari gigi kiri dan kanannya. Nah, penyempitan itu, meski hanya sekitar 0,03 milimeter, dalam tujuh hari akan mengganggu pada saat pemasangan crown. Pasalnya, crown dibuat dengan ukuran yang sangat akurat. 

Oleh karenanya, perubahan ukuran, sekalipun hanya seperkian milimeter, akan menyulitkan saat pemasangan gigi. Gigi sementara dari akrilik ini bisa dipakai paling tidak sampai 3 bulan. Gigi biasanya juga akan diputihkan lebih dulu sehingga sesuai dengan warna keramik. Warna keramik tidak akan berubah, sehingga penampilan gigi pasien menjadi lebih baik. 

PENTINGNYA PERAWATAN LANJUTAN
Biaya penjaketan gigi tidaklah murah. Untuk satu buah gigi dibutuhkan ongkos Rp 1 – 3,5 juta. Ini sangat tergantung bahan yang digunakan. Jika menggunakan emas, maka harganya akan jauh lebih tinggi, karena emas yang digunakan akan dihitung menurut besar gram yang dipakai sebagai lapisan. Untuk gigi geraham, tentu emas yang dipakai akan lebih banyak daripada emas yang dipakai untuk gigi depan. Untuk gigi bertumpuk, paling tidak harus ada dua gigi yang harus dirawat sebelum dilakukan penjaketan. 

Jadi, agar uang yang sudah dikeluarkan tidak sia-sia, perawatan lanjutan setelah penjaketan harus dilakukan setelaten mungkin. Perawatan lanjutan ini sebetulnya perawatan biasa yang butuh kedisiplinan, seperti menjaga kebersihan gigi dengan menyikat gigi dan periksa gigi setiap enam bulan sekali ke dokter gigi. Jika perawatan lanjutan kurang baik, biasanya akan timbul celah antara gusi dengan crown. 

Gusi akan mengalami erosi. Dan, jika gusi sudah turun, crown tidak mungkin bisa “mengejar” turunnya gusi. Jika celah itu sudah terjadi, perawatan gigi pun akan semakin sulit karena penambalan juga akan sulit dilakukan. Komposit tidak bisa menempel dengan baik pada porselen, karena porselen atau keramik dibuat dengan tekhnik pemanasan dengan suhu yang sangat tinggi. Perawatan lanjutan yang baik, akan mengurangi atau menghilangkan efek kurang menyenangkan tersebut.


No comments:

Post a Comment